7 Sifat Tawadhu yang diajarkan Rasulullah SAW Agar Terhindar dari sifat Sombong
Dalam perjalanan kehidupan, ada prinsip-prinsip, yang memiliki kekuatan, untuk mengubah jalan hidup kita, menjadi lebih baik. Salah satu sumber prinsip-prinsip ini adalah, Sunnah Rasulullah ShallAllahu 'Alaihi Wa Sallam, yang bukan hanya sekadar kumpulan ajaran, tetapi juga pedoman hidup yang lengkap. Dari kehidupan dan ajaran beliau, kita dapat memetik pelajaran berharga, yang mampu merubah perspektif dan perilaku kita.
Dalam artikel ini, mari kita kupas tujuh sikap, atau sifat tawaduk, yang
diajarkan oleh Rasulullah ShallAllahu 'Alaihi Wa Sallam. Tawaduk, atau
kerendahan hati, adalah pondasi utama, dalam membangun kepribadian yang kuat,
dan menghormati nilai-nilai agama. Dari kesederhanaan hingga kesabaran,
prinsip-prinsip tawaduk, yang beliau ajarkan, telah menjadi sumber inspirasi,
bagi umat Islam selama berabad-abad lamanya.
Mari kita renungkan bersama-sama, bagaimana prinsip-prinsip tawaduk ini,
dapat menjadi pendorong perubahan positif, dalam kehidupan kita, dan bagaimana
kita, dapat mengimplementasikannya, dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari.
1. Merendahkan Diri di Hadapan Allah: Merendahkan diri di hadapan Allah,
adalah inti dari sikap tawaduk. Ini berarti kita, menyadari bahwa Allah, adalah
Sang Pencipta yang Maha Kuasa dan Maha Agung, sedangkan kita sebagai manusia,
adalah hamba yang lemah dan rentan. Sikap ini mengajarkan kita, untuk memahami
keterbatasan, dan ketergantungan kita pada-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita cenderung, merasa diri kita
lebih penting, dari yang seharusnya, atau merasa bahwa kita, bisa mengendalikan
segala sesuatu tanpa bantuan Allah. Namun, dengan merendahkan diri di
hadapan-Nya, kita menyadari, bahwa segala sesuatu yang kita miliki, dan semua
yang kita capai, hanyalah berkat rahmat dan kehendak-Nya.
Sikap merendahkan diri ini, juga membantu kita, untuk tetap rendah hati,
dan tidak sombong, dalam interaksi dengan sesama manusia. Ketika kita
menyadari, bahwa kita semua sama, di hadapan Allah, tidak ada ruang untuk
merasa lebih baik, atau lebih tinggi dari orang lain. Sebaliknya, kita belajar
untuk menghormati, dan menghargai semua makhluk Allah, tanpa memandang status
atau kedudukan.
Dengan demikian, merendahkan diri di hadapan Allah, bukanlah tanda
kelemahan, tetapi merupakan bentuk kebijaksanaan, dan pengakuan akan
kebesaran-Nya. Ini adalah langkah pertama, menuju tawaduk yang sejati, di mana
kita melepaskan ego, dan kesombongan kita, serta sepenuhnya, menyerahkan diri
kepada-Nya, dengan penuh kepercayaan dan ketundukan.
2. Menerima Kritik dan Nasihat: Menerima kritik dan nasihat, merupakan
salah satu bentuk sikap tawaduk, yang sangat penting, dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Sikap ini mengajarkan kita, untuk tidak merasa sempurna, dan
selalu terbuka untuk memperbaiki diri. Ketika kita menerima kritik, atau
nasihat dari orang lain, hal itu menunjukkan bahwa kita, memiliki kesadaran
diri yang tinggi, dan tidak terlalu egois, untuk melihat kekurangan atau
kesalahan kita sendiri.
Dengan menerima kritik dan nasihat dengan lapang dada, kita memberikan
kesempatan kepada diri kita sendiri, untuk belajar dan berkembang. Kita dapat
melihat, setiap kritik sebagai peluang, untuk meningkatkan diri, baik dari segi
pengetahuan, keterampilan, maupun karakter. Selain itu, sikap tawaduk ini, juga
menciptakan hubungan, yang lebih baik dengan orang lain, karena mereka merasa
dihargai dan dihormati, ketika kita bersedia mendengarkan pendapat mereka.
Namun, penting juga untuk diingat, bahwa tidak semua kritik atau nasihat,
harus diterima begitu saja. Kita perlu menggunakan akal sehat, dan pertimbangan
bijaksana, dalam menyaring masukan, yang memang bermanfaat, bagi perkembangan
diri kita. Dengan demikian, menerima kritik dan nasihat dengan tawaduk, bukan
hanya menunjukkan, kematangan emosional dan spiritual, tetapi juga merupakan
langkah yang cerdas, dalam perjalanan menuju kesempurnaan diri.
3. Menghargai Orang Lain: Menghargai orang lain, adalah salah satu aspek
penting, dari sikap tawaduk atau kerendahan hati. Ketika seseorang memiliki
sikap tawaduk, mereka tidak hanya merendahkan diri sendiri di hadapan Allah,
tetapi juga mengakui nilai, dan martabat setiap individu di dalam masyarakat.
Dalam konteks ini, menghargai orang lain, berarti tidak memandang rendah,
atau merendahkan orang lain, terlepas dari status sosial, ekonomi, atau
keberhasilan mereka. Seorang yang tawaduk, menghormati orang lain, dengan penuh
kesopanan, kerendahan hati, dan empati. Mereka memberikan perhatian, yang layak
kepada orang lain, mendengarkan dengan sungguh-sungguh, dan memperlakukan semua
orang, dengan adil dan baik.
Menghargai orang lain, juga mencakup sikap saling menghormati, saling
mendukung, dan saling membantu. Ketika seseorang memiliki sikap tawaduk, mereka
tidak merasa lebih baik, atau lebih tinggi dari orang lain, tetapi mereka
menganggap, setiap individu memiliki nilai yang sama di hadapan Allah.
Dengan menghargai orang lain, kita menciptakan ikatan yang lebih kuat,
dalam masyarakat, membangun hubungan yang sehat, dan menciptakan lingkungan
yang lebih harmonis. Ini juga merupakan, bagian penting dari ajaran Islam, yang
mengajarkan untuk berbuat baik kepada sesama, dan memperlakukan orang lain,
dengan kasih sayang dan penghargaan.
4. Menyadari Kelebihan dan Kekurangan: Menyadari kelebihan dan kekurangan,
adalah bagian penting dari sikap tawaduk. Ini berarti memiliki pemahaman yang
jujur, tentang potensi dan keterbatasan diri sendiri, tanpa terjerumus dalam
kesombongan, atau perasaan rendah diri yang berlebihan.
Dalam konteks ini, tawaduk mengajarkan kita, untuk tetap rendah hati, dalam
meraih kesuksesan. Ketika kita mencapai pencapaian, atau memperoleh
keberhasilan, kesadaran akan kelebihan, tidak boleh membuat kita, menyombongkan
diri, atau merasa lebih baik dari orang lain. Sebaliknya, kita diingatkan,
untuk tetap menghargai dan bersyukur, atas segala nikmat yang diberikan Allah,
tanpa merasa sombong.
Di sisi lain, menyadari kekurangan, juga merupakan aspek penting dari
tawaduk. Ini berarti kita tidak boleh terlalu terpukul, atau merasa hancur,
ketika menghadapi kegagalan, atau kesalahan. Tawaduk mengajarkan kita, untuk
bersikap tabah dan belajar, dari setiap pengalaman, baik itu sukses maupun
kegagalan, sehingga kita dapat terus berkembang, dan menjadi pribadi yang lebih
baik.
Dengan demikian, menyadari kelebihan dan kekurangan dengan tawaduk,
membantu kita untuk tetap rendah hati, dalam keberhasilan dan bersikap tabah,
dalam menghadapi kegagalan. Ini adalah sikap yang sangat penting, dalam
menjalani kehidupan, dengan penuh kesadaran, kebijaksanaan, dan keseimbangan.
5. Membantu Sesama Tanpa Pamrih: Membantu sesama tanpa pamrih, adalah salah
satu wujud nyata dari sikap tawaduk, atau kerendahan hati, yang diajarkan oleh
Rasulullah ShallAllahu 'Alaihi Wa Sallam. Ketika kita membantu sesama, tanpa
mengharapkan balasan atau pengakuan, kita menunjukkan bahwa kita, tidak
menganggap diri kita, lebih baik dari orang lain.
Sikap ini mencerminkan kesediaan untuk berkorban, demi kebaikan bersama,
tanpa memandang suku, agama, atau latar belakang sosial. Ketika kita memberikan
bantuan, kepada sesama tanpa pamrih, kita mengaktualisasikan, ajaran kasih
sayang dan kepedulian, yang menjadi inti dari ajaran Islam.
Rasulullah ShallAllahu 'Alaihi Wa Sallam sendiri, adalah teladan utama
dalam sikap ini. Beliau senantiasa membantu sesama, tanpa memandang siapa
mereka, dan apa latar belakang mereka. Sikap beliau yang tulus dan ikhlas,
dalam memberikan pertolongan kepada orang lain, menjadi inspirasi bagi umat
Islam untuk mengikuti jejak-Nya.
Dengan membantu sesama tanpa pamrih, kita tidak hanya memberikan manfaat,
kepada orang lain, tetapi juga merasakan kebahagiaan yang mendalam, dalam
membantu orang lain. Hal ini memperkuat ikatan sosial, antara sesama manusia
dan menciptakan lingkungan, yang lebih harmonis dan berempati.
6. Menerima Takdir dan Ujian dengan Sabar: Menerima takdir dan ujian dengan
sabar, adalah salah satu aspek penting dari sikap tawaduk. Ini menggambarkan
sikap kerendahan hati dan ketundukan, kepada kehendak Allah Subhanahu Wa
Ta'ala. Ketika kita menerima takdir dan ujian, dengan sabar, kita menunjukkan
kepatuhan kita kepada Allah, dan keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi,
adalah bagian dari rencana-Nya yang sempurna.
Sabar dalam menghadapi ujian, menunjukkan bahwa kita, memiliki kepercayaan
yang kuat kepada Allah, bahwa Dia akan memberikan pertolongan, dan kekuatan
kepada kita, untuk melewati setiap cobaan. Tanpa sabar, kita cenderung menjadi
putus asa, atau bahkan menyalahkan Allah, atas ujian yang kita alami. Namun,
dengan sabar, kita mampu memperoleh kekuatan spiritual dan ketenangan, dalam
menghadapi setiap ujian.
Selain itu, menerima takdir dengan ikhlas, juga mengandung makna, bahwa
kita meyakini setiap peristiwa yang terjadi, memiliki hikmah di baliknya,
meskipun pada awalnya mungkin sulit untuk dipahami. Kita percaya bahwa Allah
Subhanahu Wa Ta'ala, memiliki rencana yang lebih besar, dan lebih baik untuk
kita, dan Dia selalu mengarahkan kita kepada kebaikan.
Dengan demikian, sikap tawaduk, dalam menerima takdir dan ujian dengan
sabar, mengajarkan kita, untuk melepaskan kontrol dan mengandalkan Allah, dalam
setiap langkah hidup kita. Ini adalah bentuk pengabdian, yang penuh kepasrahan,
kepada kehendak-Nya, serta ungkapan dari keyakinan, dan keimanan yang mendalam.
7. Bersikap Sederhana dalam Kehidupan: Bersikap sederhana dalam kehidupan,
adalah nilai yang sangat dihargai dalam Islam, dan hal ini juga merupakan,
bagian dari tawaduk, atau kerendahan hati. Sikap ini mencerminkan penghargaan
yang mendalam, terhadap nikmat-nikmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala, tanpa
terjerumus dalam kelebihan atau pemborosan. Berikut adalah beberapa penjelasan
lebih lanjut mengenai pentingnya bersikap sederhana dalam kehidupan:
Yang Pertama. Dengan bersikap sederhana, kita mengakui, bahwa segala
sesuatu yang kita miliki, berasal dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sikap ini
memungkinkan kita, untuk menghargai nikmat-nikmat tersebut, tanpa terbuai oleh
keserakahan, atau keinginan yang berlebihan.
Yang Kedua. Ketika kita hidup dengan sederhana, kita cenderung tidak
tergoda, oleh kemewahan atau keinginan, untuk memperlihatkan status sosial. Ini
membantu kita, untuk menghindari rasa iri hati terhadap orang lain, yang
memiliki lebih banyak harta, atau kekayaan, serta mencegah kita dari sikap
sombong, atau merasa lebih baik dari orang lain.
Yang Ketiga. Sikap sederhana juga membantu kita, untuk merasa puas, dengan
apa yang kita miliki, tanpa terus-menerus mencari kepuasan, dari barang-barang
atau gaya hidup, yang lebih mewah. Ini memungkinkan kita, untuk merasakan
kedamaian dan kebahagiaan yang sejati, tanpa harus bergantung pada materi atau
kepemilikan.
Yang keempat. Dengan hidup sederhana, kita dapat menjaga keseimbangan dalam
kehidupan kita, baik secara finansial maupun emosional. Ini membantu kita,
untuk hidup dalam harmoni dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
sekitar kita.
Dengan bersikap sederhana dalam kehidupan, kita tidak hanya menjalani prinsip tawaduk, tetapi juga membentuk karakter yang lebih kokoh dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dalam merangkai prinsip-prinsip tawaduk, yang diajarkan oleh Rasulullah
ShallAllahu 'Alaihi Wa Sallam, kita diingatkan, akan kekuatan dan
kebijaksanaan, yang terkandung di dalamnya. Prinsip-prinsip ini, bukan hanya
sekadar ajaran, tetapi panggilan untuk bertindak, merenung, dan mengubah diri
kita, menjadi pribadi yang lebih baik.
Dengan mengikuti jejak Rasulullah ShallAllahu 'Alaihi Wa Sallam, dalam
sikap tawaduk, kita memperoleh, bukan hanya kebijaksanaan, untuk menghadapi
tantangan hidup, tetapi juga rahmat dan keberkahan, dalam segala aspek
kehidupan. Semoga prinsip-prinsip ini, membimbing kita dalam setiap langkah
kita, menuju perubahan positif, kesuksesan, dan kebahagiaan sejati dalam hidup
ini. Dengan merangkul sikap tawaduk, mari kita terus menjaga kesucian hati, dan
berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, di mata Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Komentar
Posting Komentar